Rabu, 13 Januari 2016

Penyerahan Simbolis &Peresmian Rumah Sakit Indonesia di GAZA Palestina

JAKARTA – Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan apresiasi tinggi kepada rakyat Indonesia yang dipelopori oleh MER-C Indonesia atas berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina. Pembangunan Rumah Sakit yang menelan biaya sekitar Rp 126 miliar itu kini telah resmi beroperasi. “Atas nama perintah memberikan penghargaan tinggi kepada MER-C yang telah ambil inisiatif luar biasa mendahului pemerintah,  ini langkah-langkah yang sangat istimewa membangun RS Indonesia di Gaza,” kata JK JK menyampaikan itu dalam sambutannya pada acara Penyerahan RS Indonesia kepada Pemerintah Palestina di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (9/1/2016). Dalam kesempatan itu, hadir juga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Mendikbud Anies Baswedan,  Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awwad, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Faris Mehdawi dan beberapa duta besar negara sahabat lainnya, serta Ketua Presidium MER-C Indonesia Hendri Hidayatullah. JK mengungkapkan, berdirinya RS Indonesia itu menjadi bukti jika mendapat dukungan masyarakat maka setiap niat baik akan dapat dilaksanakan dan dijalankan. Menurut JK, keberanian para relawan dan sumbangsih semua pihak yang terlibat akan diingat oleh rakyat Palestina. Sebab persahabatan yang baik adalah yang mau membantu kendati dalam keadaan sulit. “Kita (Indonesia) memang masih butuh dan kurang rumah sakit, tapi banyak yang lebih butuh dari kita,” ujarnya. “Yang penting setelah membangun adalah operasionalnya. Siapa yang akan mengoperasikan rumah sakit ini, tentu rakyat Palestina banyak yang pintar,” sambungnya. JK mengatakan, apa yang telah dilakukan masyarakat dan MER-C Indonesia ini harus menjadi contoh semua elemen untuk saling membantu. Namun di samping itu, permasalahan di Palestina dewasa ini agar terlupakan dengan adanya kemelut antara negara di Timur Tengah. Ketua Presidium MER-C Indonesia Hendri Hidayatullah mengatakan, rumah sakit ini merupakan sumbangan dari warga Indonesia untuk rakyat Palestina. Pembangunan menelan biaya total Rp 126 miliar. “Semua murni dari sumbangan rakyat Indonesia, tidak ada dari asing. RS diberi nama RS Indonesia agar terasa Indonesia,” kata Hendri dalam sambutannya. Juru Bicara MER-C Indonesia, Jose Rizal mengatakan, penyerahan secara simbolis ini menandakan telah beroperasinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Meski sebelumnya RS ini telah resmi beroperasi pada akhir Desember 2015 lalu. Menurut Jose, pembukaan RS Indonesia itu disambut antusias oleh masyarakat Palestina di Gaza. Sudah 312 orang pasien rawat jalan yang berobat di RS itu. RS Indonesia di Gaza ini dibangun dari hasil donasi masyarakat Indonesia. Pembangunan RS ini sebagai wujud kepedulian dan bantuan dari masyarakat Indonesia untuk Palestina. Pembangunan RS ini dimulai pada Januari 2009 lalu, dibangun di lahan seluas 16.261 meter persegi yang merupakan wakaf dari pemerintah Palestina. Luas bangunan sekitar 10.000 meter persegi. RS ini terdiri dari dua lantai dan ruang bawah tanah. Ada 90 ruang rawat inap, 10 ruang instalasi gawat darurat, satu laboratorium, satu ruang radiologi dan 10 ruang perawatan intensif berkapasitas 100-150 pasien. Pembangunan gedung RS ini menelan biaya Rp 30 miliar. Sementara untuk bangunan pelengkap kompleks RS ini Rp 7,5 miliar. Serta Rp 65 miliar untuk alat kesehatan dan perlengkapan lainnya. Dalam acara tersebut Pimpinan MTA Perwakilan Jakarta (Ir.Nurhadi Budi Sulistyo) yang mewakili Pimpinan Pusat MTA juga menerima penghargaan simbolis dari MER-C Indonesia atas partisipasinya dalam Pembangunan dan Pengisian alat-alat operasi RS Indonesia di Gaza, Palestina. Penghargaan tersebut diserahkan dalam acara “Penyerahan Simbolis dan Peresmian RS Indonesia di Gaza, Palestina”. Dari berbagai sumber.

Kamis, 07 Januari 2016

Bongkar Miras Polisi Di Copot ????????

JAKARTA (voa-islam.com)- Setelah Rahmad Gobel dicopot oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Perdagangan, peredaran miras kembali dinilai akan semakin bebas beredar. Hal ini mungkin saja dapat dilihat bagaimana salah satu anggota DPR RI dari PDIP yang melawan pada saat miras-nya dibongkar oleh aparat kepolisian Nusa Tenggara Timur (NTT). “Setelah menteri Rahmad Gobel dicopot karena kebijakannya larang miras, kini Kapolda NTT dicopot karena razia miras. Kapolda NTT, Brigjen Endang Sonjaya dicopot dari jabatannya, hanya beberapa setelah gelar razia miras,” tulis DPP Front Pembela Islam (FPI) dalam akun Twitter-nya, @DPP_FPI beberapa waktu lalu. Dalam akun Twitter itu disebutkan salah satu Anggota DPR RI dari PDI dengan nama Herman Heri. Herman diketahui dan diduga yang mempunyai miras tersebut. Pada saat kronologis kejadian, Kasubdit Narkoba Polda NTT, Kompol Albert Neno sedang merayakan natal. Ia ditelepon dan dicaci maki melalui telepon tersebut. Dengan bahasa ynag tidak beretika, nomor yang diketahui itu mengatakan perihal mengapa menutup usaha miras. Dan di dalam percakapan itu, yang menghubungi itu lantas mengancam akan membunuh. “Salah satunya menyasar milik Herman Heri. Siapa Herman Heri? Ia Tionghoa keturunan, anggota DPR dari partai juara korupsi, PDIP. (foto sebelah kiri). Kasubdit Narkoba Polda NTT, Kompol Albert Neno, bahkan saat rayakan Natal, ditelpon dan dicaci maki bak preman oleh nomer 0811198002. ‘Kau mony** bang***, kenapa mau tutup usaha saya? Kenapa kau sita minuman orang? Saya akan laporkan kau mony** ke Kapolri supaya kau dicopot! Kalau kau hebat, kau jantan, kau jago, ketemu saya di hotel, bawa senjata! Kau ketemu saya, saya habisi kau malam ini, bang***!’ Begitulah isi ancaman dari nomer HP tadi pada Jumat malam (25/12/2015).” Lalu 6 hari kemudian, Kapolda NTT dicopot. Hebat bener Mafia ini. Kalau jabatan setingkat Menteri dan Kapolda saja bisa "digusur" dengan mudah krn perangi miras. “Jangan mimpi negeri ini bebas dari miras! Kami di FPI belasan tahun PERANG habis-habisan dengan miras. Sudah banyak laskar yg dipenjara bahkan nyawa melayang akibat bentrok dengan preman backing. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
(Hassan Rasyidi)