Jumat, 12 Februari 2016

Waspadai Hasil Amalan Selicin Batu

Oleh Ayyub Al Fath Sahabatku
                      (mta.or.id)

Salah satu tujuan utama dalam beramal adalah mendapat pahala dari Allah Swt, semua berlomba berusaha menabung pahala amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Tapi tahukah bahwa akan terjadi kondisi dimana manusia kecewa, kecewa karena ternyata tabungannya nol kosong bahkan minus? (Semoga kita tak termasuk didalamnya) Amalan shalih akan berhasil jika 2 syarat terpenuhi, yakni sesuai aturan (syariah) yang benar dan ikhlas.. Yang pertama. Sesuai Aturan Allah Swt, bukan karangan atau imajinasi sendiri walaupun terkadang terliat seperti lebih unggul, lebih banyak atau lebih baik. Contohnya : Shalat subuh sebanyak 4 rekaat, dzikir sesudah shalat dengan jumlah puluhan ribu kali. Istilah sesuai aturan yang lebih dikenal adalah ittiba’. Iittiba’ adalah amalan yang dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan ittiba’ ini laksana jiwa bagi amalan. Allah Swt berfirman, “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran:31) Yang Kedua. Ikhlas dalam beramal. Ikhlas merupakan ruh bagi amalan. Dalilnya, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya.” (Muttafaqun’alaihi) Dua syarat tersebut dugabung dengan klausul DAN. Sehingga harus ada dan dilaksanakan dua duanya, bukan salah satu saja. Agar kita dapat berlaku ikhlas, kita perlu melakukan beberapa hal sebagai sarana untuk mendidik diri agar tetap berpikir hanya Allah sajalah yang membalas amalan kita. Beberapa hal tersebut adalah : 1. Selalu BERDOA agar amalan yang akan,sedang dan sudah dilakukan tetap terjaga sampai kita sendirian masuk dalam kubur.

« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR.Ahmad) 2. Jika tidak ada urgensinya. Amalan jangan pernah dipertontonkan/diperdengarkan/disebutkan atau sejenisnya, karena itulah pemicu ketidak ikhlasan. Rasulullah SAW bersabda, “Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan MENYEMBUNYIKAN sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR.Bukhari Muslim). 3. Bersyukur, Tak bergeming ketika dipuji apalagi dicaci. Standar penilaian diserahkan kepada Allah Swt bukan kepada makhluk. Janganlah jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab kita beramal saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah. Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut. 4. Khusus Sedekah, hidari trilogi penghapus dosa. Yakni : (1) Menyebut-nyebut (al mann), maksudnya adalah menyebut-nyebut pemberian sedekah di hadapan orang yang diberi sedekah untuk menunjukkan kelebihan dirinya dibanding orang yang diberi sedekah tersebut. Rasulullah SAW bersabda : “Ada tiga golongan, yang tidak akan Allah ajak bicara pada hari kiamat, tidak akan Allah lihat, dan tidak akan Allah sucikan, serta baginya adzab yang pedih. Rasulullah mengulang sebanyak tiga kali. Abu Dzar bertanya : Siapa mereka wahai Rasulullah ? Sabda beliau : Al musbil (lelaki yang menjulurkan pakaiannya melebihi mata kaki, al mannaan (orang yang suka menyebut-nyebut sedekah pemberian), dan pedagang yang bersumpah dengan sumpah palsu” (HR.Muslim) Kemudian yang (2) Menyakiti (al adzaa) kepada sang penerima. Bersikap sombong baik dengan kata-kata maupun bahasa lainnya dapat menyakiti sang penerima. Dan itu terkadang dilakukan pelaku ketika atau sesudah amalan dilakukan. Jadi waspadalah, jagalah hati, lupakan amalan dan jangan berharap dibalas oleh penerima atau orang lain. yang terakhir (3) Riya’ (ar riyaa’). Sebuah perbuatan seorang hamba menampakkan amalnya kepada manusia karena ingin mendapat pujian. Jika seseorang riya’ dalam amalan sedekahnya maka akan menghapus pahala sedekah tersebut. Bahkan perbutan riya’ tidah hanya dalam masalah sedekah saja. Riya’ dapat terjadi pada setiap amal dan menghapus pahala amal tersebut Allah Swt mengingatkan kita dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir . “ (QS.Al-Baqarah:264) Semoga Allah Swt senantiasa memudahkan kita untuk ikhlas dalam setiap amal yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar